Selasa, 08 November 2016

Si Singamangaradja XII melawan penjajah hingga tewas tertembak

Si Singamangaradja XII melawan penjajah hingga tewas tertembak


Cara Hemat Pererat Pertemanan dengan JalanJalan Terserang tembakan di lengan sampai pada akhirnya gugur di medan perang, Pahlawan Nasional dengan nama Si Singamangaradja XII ini memanglah tidak pernah takut serta putus harapan dalam berjuang melawan penjajah Belanda. Kisahnya sungguh layak jadi contoh sebagai sosok pejuang kemerdekaan. Diangkat jadi raja lantaran menukar ayahnya yang sudah wafat akibat kolera, nama Si Singamangaradja XII dapat disebutkan lebih popular dibanding dengan rajaraja terlebih dulu. Lahir di Bakkara, Tapanuli, 18 Februari 1845, Si Singamangaradja XII di kenal sebagai sosok yang menentang perbudakan. Beliau bahkan juga sering kali memohon masyarakat kampung yang didatangi untuk melepas tawanan atau budak yang mempunyai hutang serta budak yang bakal diperjualbelikan. Pada bln. Juni 1876, Belanda mulai masuk lokasi Tapanuli sebelumnya setelah sudah sukses menempati beberapa besar lokasi Sumatera serta Aceh tiga th. terlebih dulu. Berbarengan dengan beberapa raja yang lain, Si Singamangaradja XII juga mulai membuat kiat serta merundingkan semua peluang yang bakal serta mungkin berlangsung setiap saat. Dalam rundingan itu, Si Singamangaradja XII memperoleh hasil salah satunya yaitu menyebutkan perang pada Belanda, Zending agama tak diganggu, serta merajut hubungan kerja pada Batak serta Aceh untuk melawan Belanda bersamasama. Menyebutkan kesiapannya dalam berperang, Si Singamangaradja XII lalu menyerang Belanda dengan pasukan yang di pimpinnya. Dalam perang pertama itu banyak masyarakat yang tewas serta pasukan Si Singamangaradja XII sukses dipukul mundur oleh Belanda. Tetapi, bukanlah Si Singamangaradja XII namanya bila beliau patah arang, walau pasukan yang di pimpinnya terpukul mundur, beliau lalu menyelamatkan diri berbarengan pasukan tersisa untuk membuat perang setelah itu. Dalam perang selanjutnya, Si Singamangaradja XII pernah terserang tembakan pada lengan atas, tetapi tidak hingga membahayakan nyawanya. Walau demikian, kuda yang umum bapak tiga anak ini tunggangi mati terserang tembakan. Seperti perang terlebih dulu, banyak masyarakat tewas lantaran perlengkapan yg tidak seimbang. Tahu kalau keadaannya makin rumit, Si Singamangaradja XII lalu mengambil jalan tengah untuk lakukan perang gerilya serta berpindahpindah tempat. Gerakan Si Singamangaradja XII ini dikira Belanda malah makin merepotkan, hingga muncul pertempuran dimana raja Si Singamangaradja XII jadi tujuan intinya. Makin tertekan, Si Singamangaradja XII berbarengan keluarganya lalu beralih tempat menuju Dairi. Disana, beliau lakukan konsolidasi berbarengan dengan raja Aceh untuk berjuang bersamasama dalam mengalahkan Belanda. Bergabungnya dua suku bikin Belanda terasa mesti siap setiap waktu bila sewaktuwaktu pihak Si Singamangaradja XII menyerang markasnya. Penyerangan yang tibatiba juga sering berlangsung, hingga Belanda mengira kalau penyerangan ini ada dibalik tangan Si Singamangaradja XII. Dalam upayanya, Belanda memohon Si Singamangaradja XII untuk lakukan damai serta mengangkat Si Singamangaradja XII sebagai sultan Batak. Namun, tawaran itu ditolaknya. Perihal ini pula yang mengakibatkan pertempuran pada Belanda serta rakyat kembali pecah sesudah pernah vakum perang terbuka sepanjang 21 th.. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung pada th. 1907 itu, nyaris beberapa besar keluarga Si Singamangaradja XII tewas dalam pertempuran. Tidak kecuali Si Singamangaradja XII yang gugur akibat badannya penuh dengan luka tembak. Untuk Si Singamangaradja XII, gugur dalam peperangan lebih terhormat dibanding mesti hidup membela Belanda. Akibat jasanya dalam membela Tanah Air itu, pemerintah menobatkan Si Singamangaradja XII sebagai Pahlawan Nasional Indonesia yang gugur di medan perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar